Buah dari Memberi yang Terlihat secara Langsung
Question: Apakah menanam karma baik, buahnya hanya dapat dipetik pada kehidupan mendatang setelah kita meninggal dunia dan terlahir kembali, tanpa dapat secara aktual membantu meningkatkan taraf hidup kita disaat kini juga?
Brief Answer: Ajaran-ajaran Sang Buddha bersifat “mengundang
untuk dibuktikan dan dapat diselami oleh mereka yang berlatih mempraktikkannya”.
Salah satunya ialah ajaran tentang “buah dari memberi yang terlihat secara
langsung”. Sebagai contoh, bila kita ingin hidup dengan perasaan tenang dan
damai, berjodoh dengan orang-orang baik, memperoleh reputasi baik, serta disukai
dan disenangi banyak orang, maka kita perlu mulai mempraktikkan cara hidup yang
“murah hati”. Hanya dengan menanamnya sedini mungkin—sedia “payung” sebelum “hujan”—maka
buah-buah manisnya akan dapat kita petik, baik itu dikehidupan saat kini juga
maupun sebagai modal / bekal hidup kita dikehidupan yang akan datang.
Sang Buddha juga secara eksplisit menyatakan, jasa (perbuatan-perbuatan
baik) merupakan penyokong makhluk-makhluk hidup ketika mereka muncul di alam
lain. Suatu pemberian menjadi bermanfaat dan berbuah besar, ketika diberikan pada
waktu yang tepat, kepada mereka yang bijaksana, orang-orang yang dermawan dan
murah hati memberikan pemberian yang tepat waktu, kepada orang yang tepat yakni
para mulia, yang stabil dan lurus, serta diberikan dengan pikiran yang jernih. Seorang
yang cerdas adalah seorang penyumbang kebahagiaan dan sebagai balasannya ia
memperoleh kebahagiaan.
PEMBAHASAN:
Bila kita merujuk langsung sumber otentik dalam Tipitaka,
telah ternyata terdapat relevansi yang erat terkait perbuatan baik terhadap
kehidupan aktual kita saat kini juga, sebagaimana khotbah Sang Buddha
dalam “Aṅguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang
Buddha, JILID III”,
Judul Asli : “The Numerical Discourses of
the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāḷi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012,
terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, Penerjemah Edi
Wijaya dan Indra Anggara, dengan kutipan:
34 (4) Sīha
Pada suatu ketika Sang Bhagavā
sedang menetap di Vesālī di aula beratap lancip di Hutan Besar. Kemudian
Jenderal Sīha mendatangi [39] Sang Bhagavā, bersujud kepadanya, duduk di satu
sisi, dan berkata:
“Mungkinkah, Bhante,
menunjukkan buah dari memberi yang terlihat secara langsung?”
[Sandiṭṭhikaṃ dānaphalaṃ. Sebuah manfaat yang dapat
dialami dalam kehidupan ini.]
“Mungkin saja, Sīha,” Sang
Bhagavā berkata.
(1) “Seorang penyumbang, Sīha, seorang
pemberi yang dermawan, disukai dan disenangi banyak orang. Ini adalah buah
dari memberi yang terlihat secara langsung.
(2) “Kemudian, orang-orang
baik mendatangi seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan. Ini
juga, adalah buah dari memberi yang terlihat secara langsung.
(3) “Kemudian, seorang
penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, memperoleh reputasi baik. Ini
juga, adalah buah dari memberi yang terlihat secara langsung.
(4) “Kemudian, kumpulan apa
pun yang didatangi oleh seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan –
apakah para khattiya, brahmana, perumah tangga, atau petapa – ia mendatanginya
dengan percaya-diri dan tenang. Ini juga, adalah buah dari memberi yang
terlihat secara langsung.
[Visārado upasaṅkamati amaṅkubhūto. Kitab Komentar menjelaskan “dengan yakin” (visārado) sebagai berpengetahuan atau gembira (ñāṇasomanassappatto) dan “tenang” (amaṅkubhūto) sebagai tidak segan (na nittejabhūto).]
(5) “Kemudian, dengan
hancurnya jasmani, setelah kematian, seorang penyumbang, seorang pemberi yang
dermawan, terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di alam surga. Ini
adalah buah dari memberi yang berhubungan dengan kehidupan-kehidupan di masa
depan.”
[Samparāyikaṃ dānaphalaṃ. Kitab Komentar : Dengan
manfaat ke lima ini, Sang Buddha telah melampaui pertanyaan awal Sīha dan
menjelaskan, bukan buah dari memberi yang terlihat secara langsung, melainkan buah
yang berhubungan dengan kehidupan mendatang.]
Ketika hal ini dikatakan,
Jenderal Sīha berkata kepada Sang Bhagavā: “Bhante, aku tidak mempercayai Sang
Bhagavā karena keyakinan sehubungan dengan empat buah dari memberi yang terlihat
secara langsung ini. Aku mengetahuinya juga. Karena aku adalah seorang
penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, dan disukai dan disenangi banyak
orang. Aku adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, dan banyak
orang baik mendatangiku. Aku adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan,
dan aku memperoleh reputasi baik sebagai seorang penyumbang, sponsor, dan
penyokong Saṅgha. Aku [40] adalah seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan,
dan kumpulan apa pun yang kudatangi – apakah para khattiya, brahmana, perumah
tangga, atau petapa – aku mendatanginya dengan percaya-diri dan tenang. Aku
tidak mempercayai Sang Bhagavā karena keyakinan sehubungan dengan empat buah
dari memberi yang terlihat secara langsung ini. Aku mengetahuinya juga. Tetapi
ketika Sang Bhagavā memberitahukan kepadaku: ‘Sīha, dengan hancurnya jasmani, setelah
kematian, seorang penyumbang, seorang pemberi yang dermawan, terlahir kembali
di alam tujuan yang baik, di alam surga,’ aku tidak mengetahui hal ini, dan di
sini aku menuruti Sang Bhagavā karena keyakinan.”
“Demikianlah, Sīha,
demikianlah! Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, seorang penyumbang,
seorang pemberi yang dermawan, terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di
alam surga.”
Dengan memberi, ia menjadi disukai dan banyak orang mendatanginya.
Ia memperoleh reputasi baik dan kemasyhurannya meningkat. Orang yang dermawan
tenang dan dengan percaya-diri memasuki kumpulan orang-orang.
Oleh karena itu, untuk mencari kebahagiaan, orang-orang
bijaksana memberikan pemberian, setelah menyingkirkan noda kekikiran. Ketika
mereka menempati tiga surga, untuk waktu yang lama mereka bergembira di
tengah-tengah para deva.
Setelah mengambil kesempatan
melakukan perbuatan-perbuatan bermanfaat, meninggal dunia dari sini, dengan
bercahaya, mereka berkeliling di Nandana, mereka bergembira, berbahagia, dan
bersenang-senang, dilengkapi dengan kelima objek kenikmatan indria. Setelah
memenuhi kata-kata Yang Stabil yang tidak melekat, para siswa Yang Sempurna
Menempuh Sang Jalan bergembira di alam surga. [41]
[Kitab Komentar : Nandana ialah
Taman Rekreasi di surga Tāvatimsa.]
~0~
35 (5) Manfaat Memberi
“Para bhikkhu, ada lima
manfaat memberi ini. Apakah lima ini?
(1) Seseorang disukai dan
disenangi oleh banyak orang.
(2) Orang-orang baik
mendatanginya.
(3) Ia memperoleh reputasi
baik.
(4) Ia tidak kurang dalam
tugas-tugas umat awam.
(5) Dengan hancurnya
jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam tujuan yang baik, di
alam surga.
Ini adalah kelima manfaat
memberi itu.”
Dengan memberi, seseorang menjadi
disayangi, ia mengikuti tugas kebaikan; para bhikkhu yang baik dan terkendali
selalu mendatanginya. Mereka mengajarkan Dhamma
kepadanya yang menghalau segala penderitaan, yang setelah memahaminya seorang
yang tanpa noda di sini mencapai nibbāna.
~0~
36 (6) Tepat pada Waktunya
“Para bhikkhu, ada lima
pemberian yang tepat pada waktunya ini. Apakah lima ini?
(1) Seseorang memberikan
pemberian kepada seorang tamu.
(2) Seseorang memberikan
pemberian kepada seseorang yang melakukan perjalanan.
(3) Seseorang memberikan pemberian
kepada pasien.
(4) Seseorang memberikan
pemberian pada masa bencana kelaparan.
(5) Seseorang mempersembahkan panen
dan buah pertama kepada para mulia. Ini adalah kelima pemberian yang
tepat pada waktunya itu.”
Pada waktu yang tepat, mereka
yang bijaksana, orang-orang yang dermawan dan murah hati memberikan pemberian
yang tepat waktu kepada para mulia, yang stabil dan lurus; yang diberikan
dengan pikiran yang jernih, persembahannya adalah sangat luas. Mereka yang bergembira
dalam perbuatan-perbuatan demikian atau yang memberikan pelayanan [lain] tidak
melewatkan persembahan; mereka juga mendapat bagian jasa. Oleh karena itu, dengan
pikiran tidak mundur, seseorang harus memberikan pemberian yang menghasilkan
buah besar. Jasa adalah penyokong makhluk-makhluk hidup [ketika mereka
muncul] di alam lain. [42]
~0~
37 (7) Makanan
“Para bhikkhu, seorang
penyumbang yang memberikan makanan memberikan lima hal kepada penerimanya.
Apakah lima ini? Ia memberikan kehidupan, kecantikan, kebahagiaan, kekuatan,
dan kearifan.
(1) Setelah memberikan
kehidupan, seseorang memperoleh kehidupan, apakah surgawi atau manusiawi.
(2) Setelah memberikan
kecantikan, seseorang memperoleh kecantikan, apakah surgawi atau manusiawi.
(3) Setelah memberikan kebahagiaan,
seseorang memperoleh kebahagiaan, apakah surgawi atau manusiawi.
(4) Setelah memberikan
kekuatan, seseorang memperoleh kekuatan, apakah surgawi atau manusiawi.
(5) Setelah memberikan
kearifan, seseorang memperoleh kearifan, apakah surgawi atau manusiawi.
Seorang penyumbang yang memberikan
makanan memberikan kelima hal ini kepada penerimanya.”
Seorang bijaksana adalah
seorang pemberi kehidupan, kekuatan, kecantikan, dan kearifan. Seorang yang cerdas adalah seorang penyumbang kebahagiaan dan sebagai
balasannya ia memperoleh kebahagiaan. Setelah memberi kehidupan,
kekuatan, kecantikan, kebahagiaan, dan kearifan, seseorang berumur panjang dan
termasyhur di mana pun ia terlahir kembali.
~0~
38 (8) Keyakinan
“Para bhikkhu, lima manfaat
ini mendatangi seorang anggota keluarga yang memiliki keyakinan. Apakah
lima ini?
(1) Ketika orang-orang baik
di dunia menunjukkan belas kasihan, mereka pertama-tama menunjukkan belas
kasihan pada orang yang berkeyakinan, bukan pada orang yang tanpa keyakinan.
[Kitab Komentar : Mereka
“menunjukkan belas kasihan” (anukampeyyuṃ)
kepada mereka dengan memberikan kepada mereka suatu kesempatan untuk memberi
dana makanan dan dengan itu memperoleh jasa. Dengan demikian bukan berarti
umat-umat awam yang menunjukkan belas kasihan kepada kaum monastik dengan
memberikan dana makanan kepada mereka (walaupun hal ini juga benar), melainkan kaum
monastik yang menunjukkan belas kasihan kepada umat-umat awam dengan mendatangi
rumah mereka untuk menerima persembahan mereka.
[Dengan memberi dana umat-umat
awam menciptakan benih untuk kelahiran kembali yang berbahagia dan pencapaian
nibbāna. Itulah sebabnya,dengan menjadi
orang suci, sebelum kemudian memberikan kesempatan bagi orang lain untuk
berdana kepada sang suciwan, sosok sang suciwan itu sendiri berperan sebagai
“ladang subur menanam jasa”. Kaum monastik juga dapat mengajarkan Dhamma kepada
umat-umat awam dan dengan cara ini memberikan akses pada ajaran-ajaran kepada
mereka.]
(2) Ketika mereka mendatangi
siapa pun, mereka pertama-tama mendatangi orang yang berkeyakinan, bukan
mendatangi orang yang tanpa keyakinan.
(3) Ketika mereka menerima
dana makanan, mereka pertama-tama menerima dana makanan dari orang yang
berkeyakinan, bukan dari orang yang tanpa keyakinan.
(4) Ketika mereka
mengajarkan Dhamma, mereka pertama-tama mengajarkan Dhamma kepada orang yang
berkeyakinan, bukan kepada orang yang tanpa keyakinan.
(5) Dengan hancurnya
jasmani, setelah kematian, seorang yang berkeyakinan terlahir kembali di alam
tujuan yang baik, di alam surga.
Ini adalah kelima manfaat yang
mendatangi seorang anggota keluarga yang memiliki keyakinan.
“Seperti halnya di sebuah
persimpangan di tanah yang datar, sebatang pohon banyan besar didatangi oleh
burung-burung dari segala penjuru, demikian pula [43] seorang anggota keluarga
yang memiliki keyakinan didatangi oleh banyak orang: para bhikkhu, bhikkhunī,
umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan.”
Sebatang pohon besar dengan batang yang kuat, dahan,
dedaunan, dan buah yang banyak, dengan akar yang kokoh, dan berbuah, adalah
penyokong bagi banyak burung.
Setelah terbang melintasi
angkasa, burung-burung mendatangi pangkalan yang menyenangkan ini: mereka yang
membutuhkan keteduhan mengambil bagian dalam keteduhannya; mereka yang
membutuhkan buah memakan buahnya.
Demikian pula, ketika seseorang
bermoral, memiliki keyakinan, rendah hati, mengalah, lemah-lembut, ramah,
halus, mereka di dunia ini yang merupakan lahan jasa — yang hampa dari
nafsu dan kebencian, hampa dari delusi, dan tanpa noda — mendatangi orang
demikian.
Mereka mengajarkan Dhamma
kepadanya yang menghalau segala penderitaan, yang setelah memahaminya seorang
yang tanpa noda di sini mencapai nibbāna.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.
Budayakan
hidup JUJUR dengan menghargai Jirih
Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.