Betapa Konyol & Lucunya Umat Kristen Ketika Makan, Berdoa Sebelum Makan Nasi maupun Makan ORANG

Anda pasti pernah mengalami, kejadian dimana Anda makan satu meja dengan orang nasrani / kristiani. Mereka, dengan sok “agamais” berdoa sebelum makan.

Oh, Tuhan Kristus, terimakasih atas makanan pemberian-Mu. Terimakasih anu dan anu.”

Sementara kita selaku NONkristen, apakah merasa “minder” ataupun “rendah diri”, karena di agama saya tidak ada ritual semacam itu, makan ya makan saja?

Alih-alih merasa “rendah diri”, kita justru patut merasa geli dan lucu melihat tingkah orang-orang kristen ini.

Agama yang Meng-OBRAL Surga, Agama SAMPAH BERACUN. Hanya PENDOSA yang Butuh PENGHAPUSAN DOSA

Pernah suatu hari seorang muslim mencoba berdebat, ketika saya katakan bahwa selama ini di Indonesia, sesama muslim saling menyakiti, saling melukai, saling merugikan, dan saling menipu sesama muslim.

Sehingga, untuk apa juga kaum muslim sibuk mengurusi, menggurui, serta menghakimi umat beragama lain maupun negara lain?

Sang muslim kemudian mendebat, bahwa di negara-negara mayoritas pemeluk Agama Buddha, penghuni penjaranya ialah narapidana yang beragama Buddha.

Berikut jawaban saya, membuat sang muslim yang semula begitu senang berdebat menjadi merasa malu sendiri:

Cara Orang Bodoh Memiskinkan Dirinya Sendiri Vs. Cara Orang Cerdas Memperkaya Dirinya Sendiri

Orang dungu, disebut dungu, karena mereka mengatasnamakan kemiskinan, lalu berbuat kejahatan untuk mengatasi kemiskinan mereka—sebuah solusi yang “delusif”.

Itulah, yang disebut “kerja bodoh”. Semisal, supir angkutan umum, mengatas-namakan “kejar setoran”, lalu memperlakukan penumpang seperti seekor sapi, dimana penumpang belum duduk di kursi atau belum benar-benar turun namun sang supir sudah “tancap gas”, tidak menghargai keselamatan penumpang.

Berkebalikan dengan itu, orang cerdas, disebut cerdas, karena mereka mengatasi kesulitan ekonomi dengan cara menanam benih-benih Karma Baik. Kemiskinan sekalipun, bukan menjadi alasan bagi mereka untuk menyakiti, merugikan, ataupun melukai orang lain.

Agama SUNAT KEPALA : Buang Jauh-Jauh Otak Anda, Berpikir Kritis adalah HARAM, Dogma Dipercaya dan Diyakini, PATUH MEMBUTA

Makna harafiah “Islam”, artinya “PATUH SECARA MUTLAK”.

Artinya, Anda telah murtad bila menjadi seorang “muslim yang moderat”, yang tidak patuh menjalankan perintah Allah lewat “sunnah nabi” berikut:

“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan ‘TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN BAHWA MUHAMMAD RASUL ALLAH’, menghadap kiblat kami, memakan sembelihan kami, dan melakukan shalat dengan kami. Apabila mereka melakukan hal tersebut, niscaya kami diharamkan MENUMPAHKAN DARAH dan MERAMPAS HARTA mereka.” [Hadist Tirmidzi No. 2533]

Menurut Anda, otak terletak / berada di kepala, ataukah di “otot”?

Sejak kapan pula, “otot” memiliki “otak”?

Namun mengapa ajaran agama berikut, justru dikit-dikit “main otot”, seolah-olah menyelesaikan setiap masalah dengan kekerasan fisik dan pembunuhan sebagai misi misionarisnya.

Nasib Seorang ATHEIS, Keluar Mulut Harimau namun Masuk Mulut Buaya, Arogansi Pemeluk NIHILISME

Umat Agama Samawi yang menjadi Ateis, atau sebaliknya, Ateis menjadi pemeluk Agama samawi, ibarat Keluar Mulut Harimau namun Masuk Mulut Buaya.

Itulah vonis atas nasib hidup mereka.

Dengan memilih menjadi negara “NON Blok”, artinya “Blok” itu sendiri, yakni “NON Blok”.

Sama halnya, Atheis juga adalah “Agama” itu sendiri, yakni “Agama Atheis”.

Terdapat dua kutub ekstrem agama yang terdapat di dunia ini, yakni “agama Samawi” dan “agama Atheis”.

Yang satu ialah pandangan ekstrem seperti “segala sesuatunya karena Tuhan” (theisme), sementara yang berseberangan dengannya ialah “segala sesuatunya berangkat dari kenihilan alias tanpa ada sebab yang mendahului” (nihilisme).

Nihilisme, merupakan bahasa lain dari Atheis/Ateis.

LOGIKA KORUP dan KORUPSI LOGIKA Agama-Agama Samawi

Akal Sakit Milik Orang Sakit, LOGIKA ORANG SAKIT

Terdapat sebuah seni berdebat, dimana ketika kita berhadapan dengan pihak-pihak yang mencoba mendebat kita, kita memakai cara berpikir dan logika pihak tersebut itu sendiri—alias melawan mereka dengan logika milik mereka sendiri. Dalam kesempatan ini, Anda akan belajar seni berdebat tersebut, sekaligus mencerahkan pandangan Anda sendiri.