Agama Samawi Bikin Kamu jadi JAHAT, Agama (Hapus) DOSA. Umatnya PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA

Bagaimanakah, cara agama samawi membuat pemeluknya menjadi JAHAT?

Dogma paling utama dari agama-agama samawi, ialah ideologi KORUP bernama “PENGHAPUSAN / PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA”—bagi PENDOSA, tentunya.

Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh PENGHAPUSAN DOSA (abolition of sins) atau istilah sejenis lainnya.

Untuk apa bicara panjang lebar mengenai “ini dan itu HARAM”, “ini dan itu MAKSIAT”, “ini dan itu DILARANG”, tapi ujung-ujungnya MABUK dan KECANDUAN PENGHAPUSAN DOSA.

Iming-iming “to good to be true” bernama “PENGHAPUSAN DOSA” atau istilah sejenis lainnya, begitu adiktif, membuat pemeluknya kecanduan tanpa mereka sadari—dan sifatnya lebih membuat kecanduan daripada gula maupun obat-obatan terlarang, bahkan sudah “overdosis”.

Lalu, mengapa para pemeluknya, begitu mati-matian membela “Agama DOSA” tersebut?—disebut demikian, karena justru mempromosikan “PENGHAPUSAN DOSA (bagi PENDOSA)” alih-alih mengkampanyekan gaya hidup higienis dari dosa dan maksiat.

Itu karena para umat pemeluknya—para PENDOSA PENJILAT PECANDU PENGHAPUSAN DOSA—telah memiliki dosa-dosa “too big to be fall”, karena kesibukan kesehariannya ialah mengoleksi segudang dosa, menimbun diri dengan segunung dosa, berkubang dalam lautan dosa, bersimbah dosa, serta mengonsumsi berton-ton dosa.

Jika di dalam “Kitab DOSA” agama samawi yang seolah mengajarkan kebaikan, maka itu hanyalah “gimmick marketing”. Semua penipu memasang topeng bak “malaikat”—alias iblis berbulu malaikat.

Jika menjadi PENDOSA yang selama ini berbuat buruk dan jahat seperti melukai, merugikan, maupun menyakiti individu-individu lainnya saja, tetap masuk surga lewat iming-iming “PENGHAPUSAN DOSA”, maka untuk apa jadi orang baik yang rajin berbuat bajik?

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Washil dari Al Ma’rur berkata, “Aku mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya, ‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih Bukhari 6933]

“Kabar gembira” bagi PENDOSA, sama artinya “kabar buruk” bagi kalangan korban.

Itulah sebabnya, beberapa ayat dalam “Kitab DOSA” yang seakan mengajarkan kebaikan, itu menyerupai OMONG KOSONG.

Bila sang nabi junjungan mereka sendiri saja MABUK dan KECANDUAN PENGHAPUSAN DOSA, maka “standar moralitas” semacam apakah yang dapat diharapkan dari umat pengikutnya?

Yesus lebih PRO terhadap penjahat dan penyamun (PENDOSA), dengan memasukkan ke surga dua penjahat yang disalib bersama Yesus.

Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR Bukhari Muslim]

Pendosa, hendak berceramah perihal hidup suci, lurus, mulia, bersih, jujur, baik, serta luhur?

Itu ibarat ORANG BUTA, hendak menuntun para butawan lainnya, berbondong-bondong mareka terperosok masuk lembah jurang nista. Neraka pun diyakini dan dipandang sebagai surga.

Bukan hanya sampai disitu, Anda pun dididik untuk menjadi seorang PEMALAS yang begitu pemalas untuk menanam benih-benih Karma Baik untuk Anda petik sendiri buah manisnya dikemudian hari—namun lebih menjadi bak seorang pengemis yang lebih sibuk memohon dan meminta-minta dengan tangan menengadah ke arah atas.

Disaat bersamaan, Anda pun dilatih untuk menjadi seorang PENGECUT yang begitu pengecut untuk bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruk dan tercela Anda sendiri yang selama ini telah pernah dan/atau masih akan menyakiti, melukai, dan merugikan pihak-pihak lainnya—dengan semata memakan dan termakan ideologi KORUP bernama “PENGHAPUSAN DOSA” atau meminta Yesus untuk menebus hutang-hutang Anda.

PENDOSA + PENJILAT + PEMALAS + PENGECUT + MABUK PENGHAPUSAN DOSA = PECUNDANG KEHIDUPAN.

Namun demikian, Anda pun dibuat berdelusi sebagai kaum paling SUPERIOR yang merasa berhak menjadi “polisi moral” untuk menghakimi kaum maupun bangsa lain—sekalipun senyatanya para PECANDU PENGHAPUSAN DOSA tersebut merupakan kasta paling hina, rendah, dangkal, busuk, buruk, tercela, serta kotor.

Sang Buddha pernah bersabda:

47 (7) Jauh Terpisah

“Para bhikkhu, ada empat pasang hal ini yang sangat jauh terpisah. Apakah empat ini? (1) Langit dan bumi. (2) Pantai sini dan pantai seberang dari samudra. (3) Tempat di mana matahari terbit dan tempat di mana matahari tenggelam. (4) Ajaran yang baik dan ajaran yang buruk. Empat pasang hal ini sangat jauh terpisah.”

[51] Langit dan bumi adalah jauh terpisah, pantai seberang samudra dikatakan sebagai jauh, dan demikian pula tempat di mana matahari terbit dari tempat di mana matahari terbenam.

Tetapi yang lebih jauh terpisah lagi, mereka mengatakan, adalah ajaran yang baik dan yang buruk. Teman-teman yang baik adalah konstan; selama pertemanan itu bertahan, pertemanan itu tetap sama. Tetapi teman-teman yang buruk adalah tidak tetap; demikianlah ajaran yang baik jauh dari ajaran yang buruk.

[Kitab Komentar : Ajaran yang baik adalah tiga puluh tujuh bantuan menuju pencerahan. Ajaran yang buruk adalah enam puluh dua pandangan spekulatif.]

~0~

239 (8) Tercela

“Para bhikkhu, seseorang yang memiliki empat kualitas akan ditempatkan di neraka seolah-olah dibawa ke sana. Apakah empat ini? Perbuatan jasmani yang tercela, perbuatan ucapan yang tercela, perbuatan pikiran yang tercela, dan pandangan yang tercela. Seorang yang memiliki keempat kualitas ini akan ditempatkan di neraka seolah-olah dibawa ke sana.

“Para bhikkhu, seseorang yang memiliki empat kualitas akan ditempatkan di surga seolah-olah dibawa ke sana. Apakah empat ini? Perbuatan jasmani yang tanpa cela, perbuatan ucapan yang tanpa cela, perbuatan pikiran yang tanpa cela, dan pandangan yang tanpa cela. Seorang yang memiliki keempat kualitas ini akan ditempatkan di surga seolah-olah dibawa ke sana.”

~0~

240 (9) Tidak-Menyakitkan

“Para bhikkhu, seseorang yang memiliki empat kualitas akan ditempatkan di neraka seolah-olah dibawa ke sana. Apakah empat ini? Perbuatan jasmani yang menyakitkan, perbuatan ucapan yang menyakitkan, perbuatan pikiran yang menyakitkan, dan pandangan yang menyakitkan. Seorang yang memiliki keempat kualitas ini akan ditempatkan di neraka seolah-olah dibawa ke sana. [238]

“Para bhikkhu, seseorang yang memiliki empat kualitas akan ditempatkan di surga seolah-olah dibawa ke sana. Apakah empat ini? Perbuatan jasmani yang tidak-menyakitkan, perbuatan ucapan yang tidak-menyakitkan, perbuatan pikiran yang tidak-menyakitkan, dan pandangan yang tidak-menyakitkan. Seorang yang memiliki keempat kualitas ini akan ditempatkan di surga seolah-olah dibawa ke sana.”

~0~

199 (9) Ketagihan

“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang ketagihan – yang menjerat, yang mengalir, yang menyebar luas, dan lengket yang dengannya dunia ini tercekik dan terbungkus, dan yang dengannya dunia menjadi gelondongan benang kusut, gumpalan benang kusut, sekumpulan tanaman buluh dan belukar, [212] sehingga tidak dapat melampaui alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, sasāra. Dengarkan dan perhatikanlah; Aku akan berbicara.”

[Kitab Komentar : Ketagihan disebut yang menjerat (jālinī) karena seperti jaring. Karena sebuah jaring dijahit kencang menjadi satu dan secara menyeluruh saling terjalin, demikian pula ketagihan. Atau disebut yang menjerat karena jaring ini ditebarkan di seluruh tiga alam kehidupan. Disebut yang mengalir (saritā) karena mengalir ke sana-sini. Yang menyebar luas (visaā) karena menyebar luas dan berserakan. Dan lengket (visattikā) karena menempel, melekat, terikat di sana-sini.]

“Baik, Bhante,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Dan apakah, para bhikkhu, ketagihan - yang menjerat, yang mengalir, yang menyebar luas, dan lengket - yang dengannya dunia ini tercekik dan terbungkus, dan yang dengannya dunia menjadi gelondongan benang kusut, gumpalan benang kusut, sekumpulan tanaman buluh dan belukar, sehingga tidak dapat melampaui alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, sasāra?

“Ada, para bhikkhu, delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal dan delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang eksternal.

“Dan apakah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal? Ketika ada [gagasan] ‘Aku,’ maka ada [gagasan] ‘Aku demikian,’ ‘Aku hanya seperti itu,’ ‘Aku adalah sebaliknya,’ ‘Aku abadi,’ ‘Aku sementara,’ ‘Aku mungkin menjadi,’ ‘Aku mungkin menjadi demikian,’ ‘Aku mungkin hanya seperti itu,’ ‘Aku mungkin adalah sebaliknya,’ ‘Semoga aku menjadi,’ ‘Semoga aku demikian,’ ‘Semoga aku menjadi hanya seperti itu,’ ‘Semoga aku menjadi sebaliknya,’ ‘Aku akan menjadi,’ ‘Aku akan menjadi demikian,’ ‘Aku akan menjadi hanya seperti itu,’ ‘Aku akan menjadi sebaliknya.’ Ini adalah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal.

“Dan apakah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang eksternal? Ketika ada [gagasan], ‘Aku ada karena ini,’ maka ada [gagasan]: ‘Aku demikian karena ini,’ ‘Aku hanya seperti itu karena ini,’ ‘Aku adalah sebaliknya karena ini,’ ‘Aku abadi karena ini,’ ‘Aku sementara karena ini,’ ‘Aku mungkin menjadi karena ini,’

‘Aku mungkin menjadi demikian karena ini,’ ‘Aku mungkin hanya seperti itu karena ini,’ ‘Aku mungkin adalah sebaliknya karena ini,’ ‘Semoga aku menjadi karena ini,’ ‘Semoga aku demikian karena ini,’ ‘Semoga aku menjadi hanya seperti itu karena ini,’

‘Semoga aku menjadi sebaliknya karena ini,’ ‘Aku akan menjadi karena ini,’ ‘Aku akan menjadi demikian karena ini,’ ‘Aku akan menjadi hanya seperti itu karena ini,’ ‘Aku akan menjadi sebaliknya karena ini.’ Ini adalah delapan belas arus ketagihan yang berhubungan apa yang eksternal.

[Kitab Komentar : “karena ini” (iminā) mungkin bermakna “karena Tuhan pencipta,” atau “karena materi primordial” atau “karena kebetulan atau terpaksa,” dan sebagainya.]

“Demikianlah ada delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang internal, dan delapan belas arus ketagihan yang berhubungan dengan apa yang eksternal. Ini disebut tiga puluh enam arus ketagihan. Ada tiga puluh enam arus ketagihan yang berhubungan dengan masa lampau, tiga puluh enam yang berhubungan dengan masa depan, [213] dan tiga puluh enam yang berhubungan dengan masa sekarang. Maka seluruhnya ada seratus delapan arus ketagihan.

“Ini, para bhikkhu, adalah ketagihan itu - yang menjerat, yang mengalir, yang menyebar luas, dan lengket - yang dengannya dunia ini tercekik dan terbungkus, dan yang dengannya dunia menjadi gelondongan benang kusut, gumpalan benang kusut, sekumpulan tanaman buluh dan belukar, sehingga tidak dapat melampaui alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, sasāra.”

SUMBER : Khotbah Sang Buddha dalam “Aguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha JILID II”, Judul Asli : “The Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012, terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press, Penerjemah Edi Wijaya dan Indra Anggara.