Agama Kristiani, dibangun dari segala KEPALSUAN—alias “TIDAK OTENTIK”, dibuat-buat, mengada-ngada, kebohongan, dusta, ketidakbenaran, dan PALSU.
- Roma 3:7 Tetapi
jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa
aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?
- Paulus mengabarkan Yesus dengan kepalsuan : Filipi
1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab
bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun
dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap
bersukacita,
- Ajaran Paulus bukan dari Tuhan : II Korintus 11:17
Apa yang aku katakan, aku
mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan,
melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh
bermegah.
- Membenarkan penipuan dan kelicikan untuk
kepentingan hegemoni agama Kristen : Korintus 12:16 Baiklah, aku sendiri tidak merupakan suatu beban bagi kamu, tetapi
dalam kelicikanku aku telah menjerat kamu dengan tipu daya. [Corinthians 12:16 But be it so, I did not
burden you: nevertheless, being crafty, I caught you with guile.]
Itu merupakan “Kitab SUCI” ataukah “Kitab DOSA”?
Karenanya,
kita patut bertanya, ini bagian dari injil atau alkitab—“Kitab DOSA”-nya para
PECANDU “PENEBUSAN DOSA”—apakah:
-
kesemua isinya adalah PALSU;
-
sebagian kecil isinya adalah PALSU; ataukah
-
sebagian besar isinya adalah PALSU?
Meng-iman-i
KEPALSUAN?
Apapun
itu, yang jelas, bila ada ayat-ayat dalam “Kitab DOSA” para PENDOSA PECANDU
“PENEBUSAN DOSA” tersebut yang seolah mengajarkan kebaikan, perbuatan mulia,
cara hidup suci dan luhur, bersikap lurus, maka itu adalah PRANK.
Buat
apa berbuat baik, toh berbuat jahat dan tercela saja tetap masuk surga?
Mirip
“gimmick-gimmick marketing”, banyak atau lebih tepatnya hampir seluruh
produk-produk Food Industry yang memuat kampanye “Produk Kami SEHAT”—namun
faktanya itu “misleading” karena
mengandung titipan kepentingan karena secara rapih memiliki “agenda tersembunyi”
membentuk mis-persepsi masyarakat bahwa produk yang diproduksi oleh produsen
makanan tersebut adalah sehat dan layak untuk dibeli serta dikonsumsi.
PENDOSA,
tapi hendak berceramah perihal hidup suci, luhur, mulia, luhur, lurus, bersih,
dan terpuji?
Itu
ibarat ORANG BUTA, tapi hendak menuntun para butawan lainnya—berbondong-bondong
mereka terjun bebas ke lembah jurang nista. Neraka pun dipandang sebagai surga.
Karenanya
juga, bila ada istilah “surga” dalam “Kitab DOSA” para PENDOSA PECANDU “PENEBUSAN
DOSA”, itu juga adalah PRANK—neraka diberi label sebagai “surga”.
Menyebut
atau memberi nama Alkitab atau Injil sebagai “Kitab SUCI” sumber “Agama SUCI”,
itu juga PRANK—mengingat HANYA SEORANG PENDOSA YANG BUTUH PENGHAPUSAN DOSA dan
hanya “Agama DOSA” yang mempromosikan “PENGHAPUSAN / PENEBUSAN DOSA” (abolition
of sins).
“Agama-Agama
DOSA” yang bersumber dari “Kitab-Kitab DOSA” tersebut, tampak seperti seekor
“cacing” di mata kalangan suciwan maupun kaum ksatriawan. Mengapa?
Cacing
ya cacing, menjijikkan serta menggelikan.
Karena
itu hanya akan dipeluk oleh seseorang PECUNDANG KEHIDUPAN yang begitu PEMALAS
untuk menanam benih-benih Karma Baik dan yang disaat bersamaan terlampau
PENGECUT untuk bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruk mereka sendiri
yang telah pernah dan masih akan menyakiti, melukai, maupun merugikan pihak
lainnya.
Bagaikan
mampu memprediksi masa depan, Sang
Buddha telah membuat antisipasi, dengan membabarkan sutta berikut:
135
(5) Tercela
“Para
bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini? Yang
tercela, yang paling tercela, yang sedikit tercela, dan yang tanpa cela.
(1)
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seseorang disebut tercela? Di sini, seseorang melakukan perbuatan yang tercela melalui
jasmani, perbuatan yang tercela melalui ucapan, dan perbuatan yang tercela
melalui pikiran. Dengan cara inilah seseorang disebut tercela.
(2)
“Dan bagaimanakah seseorang disebut paling tercela? Di sini, seseorang melakukan perbuatan yang paling tercela
melalui jasmani, perbuatan yang paling tercela melalui ucapan, dan perbuatan
yang paling tercela melalui pikiran. Dengan cara inilah seseorang disebut
paling tercela.
(3)
“Dan bagaimanakah seseorang disebut sedikit tercela? Di sini, seseorang melakukan perbuatan yang sedikit tercela
melalui jasmani, perbuatan yang sedikit tercela melalui ucapan, dan perbuatan
yang sedikit tercela melalui pikiran. Dengan cara inilah seseorang disebut
sedikit tercela.
(4)
“Dan bagaimanakah seseorang disebut tanpa cela? Di sini, seseorang melakukan perbuatan yang tanpa cela melalui
jasmani, perbuatan yang tanpa cela melalui ucapan, dan perbuatan yang tanpa
cela melalui pikiran. Dengan cara inilah seseorang disebut tanpa cela.
“Ini,
para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”
~0~
“Para
bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini?
(1)
Di sini, para bhikkhu, seseorang tidak memenuhi perilaku bermoral, konsentrasi,
dan kebijaksanaan.
(2)
Seseorang lainnya memenuhi perilaku bermoral tetapi tidak memenuhi konsentrasi
dan kebijaksanaan.
(3)
Seseorang lainnya lagi memenuhi perilaku bermoral dan konsentrasi tetapi tidak
memenuhi kebijaksanaan.
(4)
Dan seseorang lainnya lagi memenuhi perilaku bermoral, konsentrasi, dan
kebijaksanaan. Ini adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”
SUMBER
: Khotbah Sang Buddha dalam “Aṅguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah
Numerikal Sang Buddha”, Judul Asli : “The Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa
Pāḷi
oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012, terjemahan Bahasa Indonesia tahun
2015 oleh DhammaCitta Press, Penerjemah Edi Wijaya dan Indra Anggara.