Manusia Pertama yang Diciptakan Tuhan, OMONG KOSONG Umat Kristen, Tetap Saja Kristen PEMALAS dan PENGECUT

Ajaran dan pemikiran umat kristiani begitu dangkal. Pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran mereka ialah sebatas TETEK-BENGEK penuh OMONG KOSONG, yang tidak ada sangkut-paut ataupun kaitannya dengan kesucian, cara hidup baik dan mulia, menghindari perbuatan jahat yang tercela, maupun praktik latihan “pengendalian diri” (self-control).

Itu wajar, mengingat umat kristen merupakan PENDOSA PENJILAT PECANDU “PENEBUSAN DOSA”.

Bung, hanya seorang PENDOSA yang butuh iming-iming korup semacam “PENGAMPUNAN / PENEBUSAN DOSA” (abolition of sins).

Terhadap dosa dan perbuatan-perbuatan jahat seperti menyakiti, melukai, maupun merugikan orang lain, umat kristen begitu kompromistik. Dogma “PENEBUSAN DOSA”, ibarat “minta maaf dahulu, baru kemudian berbuat kejahatan sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyaknya”.

Namun, terhadap kaum yang berbeda keyakinan, umat kristen begitu INTOLERAN dengan mengutuk para kaum NON sebagai calon penghuni neraka, hanya karena tidak menjadi penjilat bokong Yesus.

Hanya “Agama DOSA” yang mempromosikan “PENGHAPUSAN / PENEBUSAN DOSA” alih-alih mengkampanyekan cara hidup higienis dari dosa.

Karenanya, umat kristen sejatinya merupakan golongan kasta paling hina, dangkal, tercela, buruk, busuk, kotor, dan paling rendah. Namun masih juga berdelusi memonopoli alam surgawi.

Umat kristen, tampak “kotor” di mata kaum pemeluk “Agama SUCI” maupun kaum pemeluk “Agama KSATRIA”.

Ada seorang kristen, mencoba berdebat dengan bertanya : siapa manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan menurut Agama Buddha?

Bung, sekalipun diketahui siapa manusia pertama yang tercipta di semesta ini, apakah ada kaitannya dengan kesucian yang bersangkutan?

Tetap saja kaum kristen merupakan kaum yang paling PEMALAS untuk menanam benih-benih Karma Baik untuk mereka petik sendiri, dan disaat bersamaan begitu PENGECUT untuk bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruk mereka sendiri yang telah pernah ataupun masih akan menyakiti, melukai, maupun merugikan orang lain.

Mereka, hanyalah para pecundang kehidupan : PECUNDANG PEMALAS PENGECUT PENDOSA PECANDU PENEBUSAN DOSA.

Pendosa, hendak berceramah perihal hidup suci, luhur, mulia, agung, bersih, baik, dan bijaksana?

Itu ibarat ORANG BUTA, orang buta yang hendak menuntun para butawan lainnya. Neraka pun dipandang sebagai surga, dan berbondong-bondong para butawan tersebut terjun bebas ke dalam lembah atau jurang nista tersebut.

Untuk apa jauh-jauh bicara persoalan siapa manusia pertama yang diciptakan Tuhan, Alkitab menyebutkan bahwa Bumi digambarkan sebagai FLAT, datar seperti piring, dan Matahari digambarkan sebagai berevolusi mengelilingi Bumi alih-alih heliosentris—yang mengakibatkan Galileo dan Copernicus diancam akan dihukum mati oleh orang-orang nasrani.

Sains telah membuktikan, wanita bukan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, namun sebaliknya, pria diciptakan dari kromosom perempuan. Sehingga, seluruh laki-laki di dunia, “generiknya” ialah perempuan.

Mengapa orang kristen hanya sibuk berkutat pada SPEKULASI yang sama sekali TIDAK BERFAEDAH?

Apa penting, membahas tentang hari kiamat? Toh Anda akan mati sebelum Bumi ini kiamat. Dimana, vonis hidup umat kristen sudah jelas : mati sebagai seorang PENDOSA PENJILAT PECANDU “PENEBUSAN DOSA” yang begitu PEMALAS serta PENGECUT.

Apa penting, membahas perihal siapa manusia pertama yang diciptakan Tuhan? Apa kaitannya semua itu dengan praktik latihan disiplin diri dalam dalam jalan kesucian?

Oke, untuk memuaskan kristen yang mengajukan pertanyaan “siapa manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan”, maka kita akan membahasnya menurut Agama Buddha.

Sang Buddha pernah bersabda:

Yang Mulia Ānanda mendatangi Sang Bhagavā … [227] … dan berkata kepada Beliau:

“Bhante, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar ini; di hadapan Beliau aku mempelajari ini: ‘Abhibhū, seorang siswa Sang Bhagavā Sikhī, sewaktu sedang menetap di alam brahmā, menyampaikan suaranya ke seluruh seribu sistem dunia.’ Berapa jauhkah, Bhante, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, dapat menyampaikan suaraNya?”

“Ia adalah seorang siswa, Ānanda. Para Tathāgata adalah tidak terukur.”

Untuk ke dua kalinya Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Bhante, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar ini … Berapa jauhkah, Bhante, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, dapat menyampaikan suaraNya?”

“Ia adalah seorang siswa, Ānanda. Para Tathāgata adalah tidak terukur.”

Untuk ke tiga kalinya Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Bhante, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar ini … Berapa jauhkah, Bhante, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, dapat menyampaikan suaraNya?”

“Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, tentang seribu sistem dunia kecil?”

“Sekarang adalah waktunya, Sang Bhagavā. Sekarang adalah waktunya, Yang Sempurna. Sudilah Sang Bhagavā menjelaskan. Setelah mendengarnya dari Sang Bhagavā, para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Baiklah, Ānanda, dengarkan dan perhatikanlah. Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” Yang Mulia Ānanda menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

(1) “Seribu kali dunia di mana matahari dan rembulan berputar dan menerangi segala penjuru dengan cahayanya disebut seribu sistem dunia kecil. Dalam seribu sistem dunia kecil tersebut terdapat seribu rembulan, seribu matahari, seribu raja pegunungan Sineru, seribu Jambudīpa, seribu Aparagoyāna, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha, dan seribu empat samudra raya; seribu empat raja dewa, seribu [surga] para deva yang dipimpin oleh empat raja dewa, seribu [surga] Tāvatisa, seribu [228] [surga] Yāma, seribu [surga] Tusita, seribu [surga] para deva yang bersenang-senang dalam penciptaan, seribu [surga] para deva yang mengendalikan ciptaan para deva lain, seribu alam brahmā.

[NOTE : Dari berbagai sutta, Sang Buddha memaparkan bahwa makhluk Brahma di Alam Brahma, memiliki kecenderungan berdelusi bahwa ia adalah “Tuhan”. Karenanya, besar kemungkinan di masing-masing sistem dunia kecil tersebut terdapat juga ribuan “Tuhan-Tuhan” alias Brahma yang berdelusi bahwa dirinya adalah “Pencipta” akibat umurnya yang panjang sementara itu planet semacam bumi telah hancur, lebur, dan terbentuk kembali namun sang Brahma masih hidup akibat umurnya yang panjang.]

(2) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali seribu sistem dunia kecil disebut sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua.

(3) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua disebut sistem dunia besar seribu pangkat-tiga. Ānanda, Sang Tathāgata dapat menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.”

[Kitab Komentar : Itu barulah sistem dunia menengah. Dvisahassī majjhimā lokadhātu. Adalah perlu untuk menggunakan ungkapan demikian daripada “sistem dunia menengah dua ribu.” Karena sistem dunia menengah bukan dua kali ukuran seribu sistem dunia kecil, melainkan seribu kali ukuran itu, yaitu, seribu sistem dunia kuadrat. Demikian pula, persis di bawah, sebuah tisahassī mahāsahassī lokadhātu bukanlah tiga kali ukuran sistem dunia kecil, melainkan seribu kali ukuran sistem dunia menengah seribu-pangkat dua, dengan kata lain seribu sistem dunia kubik.]

“Tetapi dengan cara bagaimanakah, Bhante, Sang Tathāgata dapat menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga?”

“Di sini, Ānanda, Sang Tathāgata dengan sinarnya meliputi satu sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga. Ketika makhluk-makhluk itu merasakan cahaya itu, kemudian Sang Tathāgata memproyeksikan suaranya dan membuat mereka mendengar suara itu. Dengan cara demikianlah, Ānanda, Sang Tathāgata menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.”

Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Ini adalah keberuntunganku! Aku sangat beruntung karena Guruku begitu kuat dan perkasa.”

Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Udāyī berkata kepada Yang Mulia Ānanda: “Apa urusannya denganmu, teman Ānanda, bahwa Gurumu begitu kuat dan perkasa?”

Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Udāyī: “Jangan berkata begitu, Udāyī! Jangan berkata begitu, Udāyī! Udāyī, jika Ānanda meninggal dunia tanpa terbebaskan dari nafsu, maka berkat keyakinannya ia akan menguasai kerajaan surgawi tujuh kali dan kerajaan besar di Jambudīpa ini tujuh kali. Akan tetapi, dalam kehidupan ini juga Ānanda akan mencapai nibbāna akhir.”

[Kitab Komentar : Sang Buddha mengatakan ini, seolah-olah seorang yang baik hati yang berulang-ulang memberitahu orang lain yang berjalan terhuyung-huyung di tepi jurang, ‘Jalan lewat sini.]

Menjadi tidak mengherankan, bila dalam judul sutta yang sama, sūtra Mahāyāna ada menyebutkan sebagai berikut : “Ānanda, mengapa engkau mengatakan ini? Ia adalah seorang siswa yang kokoh dalam sebagian pengetahuan. Tetapi para Tathāgata, setelah memenuhi sepuluh kesempurnaan dan mencapai Kemahatahuan, adalah tidak terukur. Wilayah, jangkauan, dan kekuatan seorang siswa adalah satu hal, jangkauan para Buddha adalah sangat berbeda. Ini seperti membandingkan sedikit tanah di ujung kukumu dengan tanah di seluruh bumi ini.

Sehingga, kita patut balik bertanya kepada sang kristen sang PECUNDANG KEHIDUPAN tersebut : manusia pertama di Planet semacam Bumi manakah, yang Anda maksud?

SUMBER : Khotbah Sang Buddha dalam “Aguttara Nikāya : Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha, JILID I”, Judul Asli : “The Numerical Discourses of the Buddha”, diterjemahkan dari Bahasa Pāi oleh Bhikkhu Bodhi, Wisdom Publications 2012, terjemahan Bahasa Indonesia tahun 2015 oleh DhammaCitta Press.