Akat Penyakit Bangsa Indonesia yang KORUP, ialah Agama DOSA yang Mempromosikan Gaya Hidup KORUPSI DOSA
Question: Mengapa, selama satu abad paska kemerdekaan ini pejabat negara silih-berganti berganti pejabatnya. Silih-berganti generasi tua digantikan generasi baru para penduduk dan warga kita di Indonesia. Namun orang Indonesia tetap saja banyak yang jahat, suka bohong, suka nipu, suka menganiaya, suka persekusi, suka menghakimi, suka ingkar janji, suka korupsi, suka vandalisme, suka mencuri, suka berzina, suka memeras, dan premanis yang kerap “menyelesaikan setiap masalah dengan kekerasan fisik”? Itu bukankah namanya “mendarah-daging” alias sudah jadi budaya? Selama ini banyak pengamat menilai kurangnya faktor pendidikan dan ibadah, namun apakah Indonesia pernah kekurangan kaum “agamais” maupun mereka yang memiliki pendidikan formal?
Brief Answer: Mereka keliru dalam menentukan akar penyebab
masalahnya, sehingga hanya berupaya mengobati gejala atau simptomnya belaka,
bukan akar penyakitnya, yakni paradigma berpikir atau ideologi yang selama ini
menjangkiti jiwa dan pikiran mayoritas penduduk di Indonesia. Dengan bahasa
yang lebih jujur, masalahnya terletak pada agama yang dianut dan dipeluk serta
dimakan oleh mayoritas penduduk di Indonesia itu sendiri—yakni “Agama DOSA”,
dimana semakin dipeluk dan diimani, semakin menjelma menjadi “KORUPTOR DOSA” para
umat pemeluknya.
PEMBAHASAN:
Tidak ada yang lebih munafik daripada Bangsa Indonesia,
bangsa yang selama ini berkoar-koar “ANTI KORUPSI” namun telah ternyata begitu
mabuk dan kecanduan “PENGHAPUSAN DOSA” bagi para “KORUPTOR DOSA”. Cobalah secara
jujur bertanya kepada diri Anda sendiri, akan menjelma menjadi seperti apakah suatu
bangsa, bila terjangkit ideologi KORUP bagi para “KORUPTOR DOSA” berikut—kesemuanya
dikutip dari Hadis Sahih Muslim:
- No.
4852 : “Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Ku dengan membawa kesalahan sebesar isi
bumi tanpa menyekutukan-Ku dengan yang lainnya, maka Aku akan menemuinya dengan
ampunan sebesar itu pula.”
- No.
4857 : “Barang siapa membaca
Subhaanallaah wa bi hamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus
kali dalam sehari, maka dosanya akan
dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.”
- No.
4863 : “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a;
Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki).”
- No.
4864 : “Apabila ada seseorang yang masuk
Islam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarinya tentang shalat kemudian
disuruh untuk membaca do'a: Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii wa'aafini
warzuqnii'. (Ya Allah, ampunilah aku,
kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku dan anugerahkanlah aku
rizki).”
- No.
4865 : “Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya
saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Agung?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ketika kamu
memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut; 'Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku,
selamatkanlah aku,”
- Aku
mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja
yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya,
‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.” [Shahih
Bukhari 6933]
- Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah
ta’ala telah berfirman : “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap
kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi.
Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai
setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi
ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan
sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan
sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasan shahih) [Tirmidzi No.
3540]
Inilah
yang disebut sebagai “orang SUCI” dan “Agama SUCI” yang bersumber dari “Kitab
SUCI”, sekalipun hanya seorang PENDOSA
yang butuh PENGHAPUSAN DOSA, selera para “orang BUTA” yang tidak mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang
tercela, serta mana yang kotor dan mana yang mulia—juga masih dikutip dari
Hadis Muslim:
- No.
4891. “Saya pernah bertanya kepada Aisyah
tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memohon kepada Allah Azza wa Jalla. Maka Aisyah
menjawab; 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
sebagai berikut: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan
yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4892. “Aku bertanya kepada Aisyah tentang
do'a yang biasa dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia
menjawab; Beliau membaca: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku
lakukan dan yang belum aku lakukan.’”
- No.
4893. “dari 'Aisyah bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di dalam do'anya membaca: ‘Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukkan
sesuatu yang telah aku lakukan, dan dari keburukkan sesuatu yang belum aku
lakukan.’”
- No. 4896. “dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bahwasanya beliau pemah berdoa sebagai berikut: ‘Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan, dan
perbuatanku yang terlalu berlebihan dalam urusanku, serta ampunilah
kesalahanku yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam kesungguhanku, kemalasanku, dan ketidaksengajaanku serta kesengajaanku yang semua itu ada pada
diriku. Ya Allah, ampunilah aku atas
dosa yang telah berlalu, dosa yang mendatang, dosa yang aku samarkan, dosa yang
aku perbuat dengan terang-terangan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya
daripada aku,”
- Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya
bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu
maupun yang akan datang? Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi
seorang hamba yang banyak bersyukur?” [HR
Bukhari Muslim]
Terhadap dosa dan maksiat, begitu kompromistik. Namun
terhadap kaum yang berbeda keyakinan, mereka begitu intoleran. Babi, disebut sebagai
“haram”. Namun, ideologi KORUP bagi “KORUPTOR DOSA” bernama “PENGHAPUSAN DOSA”,
ironisnya disebut sebagai “halal” serta dijadikan sebagai “halal lifestyle” untuk dipeluk dan dimakan secara rutin keseharian
alias mendidik diri sendiri untuk “BUAT DOSA, SIAPA TAKUT? ADA PENGHAPUSAN DOSA!”. Sekalipun, jelas-jelas bahwa “AURAT
TERBESAR” ialah berbuat DOSA yang dibundling dengan “PENGHAPUSAN DOSA”. Antara DOSA
dan “PENGHAPUSAN DOSA”, sifatnya ialah saling komplomenter satu sama lainnya.
Adalah merugi, bila tidak memproduksi dan
mengoleksi segudang dosa, karena tidak dapat menikmati iming-iming “too good to be true” bernama “PENGHAPUSAN
DOSA”. Toh, berkubang dalam dosa-dosa sebanyak atau sebesar ibu bumi dan
setinggi langit sekalipun, tetap masuk surga (motivasi untuk menjadi PENDOSA). Maka,
untuk apa jadi orang baik (demotivasi untuk jadi orang baik-baik), jadi
penjahat yang meledakkan dunia ini sekalipun, masuk surga. Karenanya, paradigma
berpikir yang kemudian bersarang dan berkembang—biak di dalam alam batin maupun
alam berpikir para PENDOSA PECANDU PENGHAPUSAN DOSA tersebut, adalah atau
merupakan:
- merugi dong, tidak menjadi
seorang KORUPTOR DOSA?
- merugi dong, tidak menjadi
seorang KORUPTOR KELAS KAKAP?
- merugi dong, tidak menjadi
seorang PENJAHAT alias menjadi orang baik maupun orang suci dan orang yang berani
bertanggung-jawab atas perbuatan-perbuatan buruknya sendiri?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang tidak berlomba-lomba mencetak segunung dosa-dosa?
- merugi dong, tidak menjadi
seorang yang jujur dan hidup lurus?
- merugi dong, tidak menjadi
seorang yang patuh terhadap segala larangn dalam agama? [dilarang ini dan itu,
namun kemudian dinegasikan sendiri oleh dogma agama yang bersangkutan lewat
ideologi KORUP bernama “PENGHAPUSAN DOSA”]
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang patuh terhadap hukum?
- merugi dong, tidak menjadi
seorang yang tidak melarikan diri dari konsekuensi tanggung-jawab atas
perbuatannya sendiri alias merugi tidak menjadi seorang PENGECUT?
- merugi dong, hanya menjadi
seorang maling sandal?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
MENCURI dan BERZINA?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang melakukan dosa-dosa sebesar isi bumi dan setinggi langit?
- merugi dong, tidak ikut berlomba-lomba
memproduksi dan mengoleksi selangit dosa?
- merugi dong, tidak menjadi
seorang PELAKU KEJAHATAN alias menjadi seorang KORBAN?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang MEMAKAN orang lain dan menjadi serigala bagi sesamanya?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang BIADAB alias belum beradab?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang MABUK dan MENCANDU PENGHAPUSAN DOSA?
- merugi dong, tidak menjadi seseorang
yang mengharamkan PENGHAPUSAN DOSA, toh itu dihalalkan oleh Allah?