Orang Kristen / Umat Nasrani bagai ORANG BUTA yang Tidak Mampu Membedakan Mana yang Baik dan yang Buruk

Betapa TIDAK BIJAKSANANYA Paus Fransiskus Junjungan para Umat Kristiani / Nasrani

Bang Napi sudah sejak lama memberikan pesan bijak : “Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat jahat si pelaku, namun juga karena ada kesempatan.” Akan tetapi, junjungan tertinggi umat kristen, yakni Paus Fransiskus, justru secara tidak bijaksana menggoda para teroris untuk beraksi bahkan juga mencoba-cobai Tuhan dengan membuka kaca mobilnya saat berkendara di Jakarta dalam kunjungannya pada tahun 2024 lampau, membuat “gerah” para petugas keamanan di Indonesia. Alih-alih mengkritik perilaku junjungannya tersebut, para kristen bagai orang buta, justru memuji perbuatan sang junjungan. Itulah ciri khas ajaran kristen, yang tercela justru dipandang sebagai terpuji, begitupula sebaliknya, sebagaimana sikap yesus yang justru memasukkan ke surga kedua penjahat yang disalib bersama yesus.

Paus Fransiskus, dalam perjalanannya dari bandara menuju Kedutaan Vatikan, diklaim oleh umat kristen melakukan sebuah tindakan yang penuh makna ketika membuka kaca jendela kendaraan yang ditumpanginya. Tindakan ini, meskipun sederhana, bisa ditafsirkan sebagai sebuah pesan kerendahan hati dan keterbukaan terhadap masyarakat. “Sebagai seorang pemimpin spiritual yang selalu mengedepankan kesederhanaan, Paus Fransiskus seolah ingin menyampaikan bahwa dirinya dekat dengan umatnya, bahkan di tengah perjalanan resmi,” kata Dar Edi Yoga, salah satu pendiri Beranda Ruang Diskusi, Selasa (3 September 2024).

Menurutnya, dengan Paus membuka kaca jendela dapat diartikan sebagai simbol penghormatan dan salam kepada warga yang berdiri di sepanjang rute perjalananya. Paus Fransiskus, tampak ingin menyapa dan memberi berkat kepada semua orang yang hadir untuk menyambutnya.  “Paus merasa nyaman dan aman ketika berada di negara dengan penduduk masyoritas muslim terbesar di dunia,” tambahnya.

“Selain itu, tindakan ini mungkin mencerminkan keinginan Paus untuk menunjukkan keterbukaan Gereja Katolik terhadap dunia luar. Dengan membuka jendela, beliau seakan-akan menunjukkan bahwa Gereja siap mendengarkan, menerima, dan berinteraksi dengan siapa saja, tanpa sekat,” kata Yoga yang juga praktisi media. “Tindakan tersebut juga bisa dipandang sebagai simbol harapan, bahwa dalam setiap pertemuan, baik yang terencana maupun tidak, ada peluang untuk saling memahami dan membangun jembatan komunikasi yang lebih baik antara pemimpin agama dan umat.”

Yesus, mati di kayu salib, karena prinsip yang sama dengan prinsip sang Paus Fransiskus. Sialnya yesus, dulu di sana, belum ada semacam tim DENSUS untuk mengamankan. Buktinya apa, bahwa sikap “keterbukaan” sang Paus Fransiskus dapat berbuah petaka bagi dirinya sendiri? Buktinya ialah disalibnya yesus di kayu salib bersama dengan dua penjahat yang turut disalib serta hanya mengenakan CELANA DALAM serta mahkota duri. Fakta “back stage” alias dibalik panggung drama sang Paus Fransiskus, dapat kita jumpai dalam berita berjudul “8 Fakta Penangkapan 7 Pengancam Teror Saat Paus Fransiskus Berkunjung”, Tim detikcom - detikNews, 07 Sep 2024, https:// news. Detik .com/berita/d-7528884/8-fakta-penangkapan-7-pengancam-teror-saat-paus-fransiskus-berkunjung, dijumpai fakta berikut:

4. Penanganan 7 Pengancam Teror

Proses penegakan hukum pada 7 pelaku itu dilakukan oleh pihak kepolisian daerah (polda) bersama Densus 88. Proses hukum terhadap DF dan FA dilaksanakan oleh Densus 88. Sementara HFP, LB, dan ER dilakukan Polda Metro Jaya dengan didampingi Densus 88.

 

Kemudian, proses hukum terhadap HS dilakukan oleh Polda Bangka Belitung, didampingi Densus 88. Lalu, proses hukum terhadap RS dilakukan oleh Polres Padang Pariaman, didampingi Densus 88.

5. Polisi Temukan Logo ISIS

Densus 88 menemukan logo ISIS saat menangkap pelaku. Kemudian, ada juga kalimat propaganda hingga bendera ISIS. Setelah fokus pengamanan Paus Fransiskus, kini penyidik mendalami dugaan tindak pidana dari para terduga pengancam.

"Jadi ada di antaranya yang kami temukan, barang-barang yang bersangkutan terkait dengan propaganda saja. Seperti penggunaan logo-logo, foto-foto, kemudian kata-kata, bahan-bahan yang lain," kata Aswin.

"Logo ISIS misalnya, kemudian logo-logo, saya kira kita merujuk kepada tanda-tanda tertentu yang biasa digunakan oleh kelompok teror salah satunya misalnya bendera-bendera itu ya," tambahnya.

6. Ada Pengancam Berbaiat ke ISIS

Densus 88 mengungkap terduga pengancam berinisial ER yang ditangkap di Cibitung, Kabupaten Bekasi, berkomentar kalimat provokasi bom di akun Facebook sebagai sebagai tanggapan atas khutbah Paus Fransiskus. ER juga berbaiat ke ISIS pada 2014.

"Berbaiat kepada ISIS di tahun 2014 dan memiliki keinginan untuk hijrah," ujar Aswin.

7. Oknum ASN Ancam 'Bom' di Live YouTube KWI

Salah satu pelaku melontarkan ancaman dengan komentar 'bom' di kanal YouTube saat siaran langsung (live) kegiatan Paus Fransiskus di YouTube KWI. Pelaku berinisial HS itu juga menyebut dirinya teroris.

"Keterlibatan menyerukan narasi provokasi di kolom komentar akun YouTube Komsos Konferensi Wali Gereja Indonesia sebagai berikut, 'saya akan bom Paus..saya terorist...hati-hati saja...tunggu kabar yeee'," kata Kombes Aswin.

HS ditangkap di Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) pada Rabu (4/9). HS diketahui bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Babel.

"(Barang bukti yang diamankan seperti bendera atau logo) Nggak ada, sejauh ini yang di medsos (komentar medsos). Iya (oknum ASN)," kata Kabid Humas Polda Babel Kombes Jojo Sutarjo ketika dikonfirmasi detikSumbagsel.

Memang disayangkan para teroris yang mengancam keselamatan jiwa sang Paus Fransiskus tersebut ditangkap Densus, jika tidak maka sang Paus Fransiskus menjadi “mangsa empuk” saat membuka jendela mobilnya saat berkunjung. Begitupula dalam berita bertajuk “Sebar Teror di Medsos Terkait Kunjungan Paus, 7 Orang Ditangkap Densus”, https:// www. kompas .id/baca/polhuk/2024/09/06/provokasi-teror-di-medsos-saat-paus-kunjungi-indonesia-densus-88-polri-tangkap-tujuh-pelaku:

JAKARTA, KOMPAS — Setidaknya tujuh orang ditangkap kepolisian di sejumlah tempat di Sumatera dan Jawa dengan dugaan melakukan provokasi dan teror di media sosial terkait dengan kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia selama Selasa hingga Jumat (3-6/9/2024). Ketujuh orang tersebut ditangkap oleh aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan polda setempat.

Ketujuh orang tersebut ditangkap di sejumlah tempat pada Senin hingga Kamis (2-5/9/2024). Pada Senin, aparat Densus 88 menangkap HFP di Bogor, Jawa Barat, dan LB di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Hari berikutnya, Selasa (3/9/2024), aparat menangkap DF di Rawalumbu, Bekasi, Jabar, dan FA di Aren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Pada Rabu (4/9/2024), aparat menangkap HS di Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, dan ER di Cibitung, Kabupaten Bekasi. Terakhir, Kamis (5/9/2024), aparat menangkap RS di Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Dari hasil pemeriksaan sementara, HFP diduga menyerukan untuk mendokumentasikan dan mempelajari protokol keamanan di Masjid Istiqlal, Jakarta, salah satu tempat yang dikunjungi Paus, pemimpin tertinggi gereja Katolik sekaligus pemimpin negara Vatikan. HFP disebut berencana mengirimkan orang untuk mengecek protokol keamanan di tempat ibadah tersebut.

Komandan Korps Brimob Polri Komjen Imam Widodo (kedua dari kiri) dan Pangkogabwilhan I Laksdya TNI Agus Hariadi (kiri) mengecek kesiapan pasukan gabungan TNI-Polri saat Apel Pasukan Gabungan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (2/9/2024). Apel ini dalam rangka pengamanan Paus Fransiskus di Indonesia dan Operasi Pengamanan International Sustainability Forum serta Operasi Tribrata Jaya Tahun 2024.

Sementara itu, LB, DF, FA, HS, ER, dan RS menyampaikan materi provokasi dan ancaman di media sosial. Salah satunya, melontarkan ancaman melakukan pengeboman ke tempat ibadah. Provokasi itu di antaranya disampaikan di akun media sosial Komsos Konferensi Wali Gereja Indonesia.

Kepala Bagian Perencanaan dan Administrasi Densus 88 Antiteror Polri Komisaris Besar Aswin Siregar saat konferensi pers di Hall Basket Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (6/9/2024), menjelaskan, ketujuh pelaku tersebut mengancam akan meledakkan diri atau membakar tempat di mana kegiatan Paus Fransiskus berlangsung di Indonesia.

Mereka memberikan ancaman bom, kemudian ada juga narasi yang menyampaikan bahwa yang bersangkutan akan melakukan serangan langsung.

Ancaman tersebut disebarkan lewat narasi yang dilengkapi dengan simbol emotikon berbentuk bom melalui akun media sosial pribadi para pelaku.

”Mereka memberikan ancaman bom, kemudian ada juga narasi yang menyampaikan bahwa yang bersangkutan akan melakukan serangan langsung. Ada juga yang memberikan ancaman berupa akan membakar tempat di mana kegiatan Paus berlangsung. Dan, yang terakhir ya, yang seperti kata-kata ’saya akan melakukan bom, saya adalah teroris, saya akan meledakkan diri tunggu saja kabar dari saya’ dan seterusnya,” ucap Aswin menguraikan sejumlah ancaman yang disampaikan ketujuh orang itu di media sosial.

Penangkapan ini, lanjut Aswin, sudah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penanganan atau Penanggulangan Terorisme. Densus 88 Antiteror Polri telah melakukan pencegahan sedini mungkin dari setiap ancaman teror, termasuk yang ada di media sosial.

Satu pelaku berbaiat ke NIIS

Dari hasil penggeledahan, ditemukan barang bukti dengan simbol-simbol kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS/ISIS) di sejumlah tempat para pelaku ditangkap. Aswin mengatakan, dari hasil penyelidikan sementara, diketahui salah satu pelaku telah berbaiat kepada NIIS pada 2014. Meski demikian, Aswin belum bisa menyimpulkan apakah para pelaku terlibat dalam jaringan tertentu atau ada pihak yang memerintahkan, karena penyidik Densus 88 Antiteror Polri masih menggali keterangan dari para pelaku.

Aswin juga belum bisa menyampaikan apakah ketujuh pelaku merupakan komplotan dan terafiliasi dengan jaringan terorisme tertentu. Namun, dari hasil pemeriksaan sementara terdapat dua pelaku yang saling kenal atau berteman. Sementara itu, para pelaku yang lain melakukan provokasi di media sosial secara mandiri.

”Sampai hari ini petugas-petugas atau penyidik di Densus 88 Antiteror Polri masih terus mendalami karena memang ini aktivitasnya sebagian besar atau seluruhnya dilakukan di media sosial. Jadi sifatnya memang terlihat memancing kegaduhan di internet atau di dunia maya di media sosial dulu,” ucap Aswin.

Sejumlah barang bukti yang diperoleh dari hasil penggeledahan dari tempat penangkapan tujuh orang yang diduga menyebarkan provokasi dan teror di media sosial selama kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia berlangsung.

Aswin mengatakan, penyidik Densus 88 Antiteror Polri juga akan mengungkapkan lebih detail, apakah ada indikasi keisengan atau tidak dalam setiap unggahan di media sosial oleh para pelaku. ”Setelah penyidikan ini, saya kira, kita akan mendapat laporan yang lebih lengkap tentang informasi dari mereka apakah baru kata-kata di media sosial atau memang sudah ada rangkaian sebelumnya,” katanya.

Aswin menjelaskan, proses penyelidikan dan penyidikan secara mendalam terhadap tujuh pelaku baru dilakukan Jumat ini seusai Paus Fransiskus meninggalkan Indonesia. Hal ini karena kepolisian sejak penangkapan pada 2 September lalu itu masih berfokus pada pengamanan kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia.

”Kan, tidak ingin persoalan di media sosial yang dipicu atau di-trigger oleh orang-orang yang posting seperti itu memberikan kegaduhan, tidak hanya di dalam negeri, mungkin bisa sampai ke luar negeri. Karena tokoh sekelas atau figur seperti Paus ini, maka kegaduhan di media sosial ini akan mengganggu kegiatan Paus,” ujar Aswin.

Begitupun dalam berita berjudul “Media Asing Sorot Rencana Serangan terhadap Paus Fransiskus di RI”, CNBC Indonesia, 07 September 2024, https:// www. cnbcindonesia .com/news/20240907090743-4-569951/media-asing-sorot-rencana-serangan-terhadap-paus-fransiskus-di-ri

Jakarta, CNBC Indonesia - Polisi Indonesia tujuh orang yang diduga terlibat dalam rencana serangan terhadap Paus Fransiskus, yang baru saja menyelesaikan kunjungannya ke Indonesia pada 6 September lalu, sebagai bagian dari tur Asia-Pasifik selama 12 hari.

Hal ini mendapat sorotan luas tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari sejumlah media asing.

Media asal Singapura, The Strait Times, menyoroti hal tersebut dalam berita berjudul Indonesian police detain seven in a failed plot to attack Pope Francis.

Strait Times menulis bagaimana tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) menangkap tujuh tersangka ditangkap pada 2 dan 3 September di beberapa lokasi, termasuk Jakarta, Bogor, Bekasi, Sumatera Barat, dan Kepulauan Bangka Belitung. Para tersangka yang ditangkap berinisial HFP, LB, DF, FA, HS, ER, dan RS.

Menurut sumber Strait Times, dalam penggeledahan di rumah salah satu tersangka yang merencanakan serangan terhadap Paus, ditemukan busur panah, drone, dan selebaran ISIS. Beberapa dari tersangka juga diketahui telah bersumpah setia kepada ISIS.

Sumber tersebut juga menyebut bahwa salah satu tersangka terkait dengan kelompok teroris yang menyerang Wiranto, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, yang ditikam oleh dua ekstremis ISIS pada tahun 2019. Wiranto sempat menjalani operasi setelah serangan tersebut.

Militan yang ditangkap diduga marah atas kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal di Jakarta, masjid terbesar di Asia Tenggara, serta kecewa dengan keputusan pemerintah yang meminta stasiun televisi tidak menyiarkan azan selama siaran langsung kunjungan Paus berlangsung. Sebagai gantinya, azan digantikan oleh teks berjalan di layar.

Topik yang sama juga diangkat kantor berita Prancis, AFP, dalam berita berjudul Indonesia arrests seven over Pope Francis 'terror threats'.

AFP menyoroti bagaimana identitas keyakinan para tersangka tidak diungkapkan oleh pihak berwenang, namun menulis Indonesia telah lama menghadapi ancaman militan Islamis.

"Serangan bom di Bali pada tahun 2002 yang menewaskan 202 orang menjadi serangan teror paling mematikan dalam sejarah negara ini," tulis AFP.

Sementara itu, media Vatikan, EWTN Vatican, dalam unggahan instagramnya menulis bagaima tujuh orang yang merencanakan penyerangan terhadap Paus ditangkap berkat laporan masyarakat.

Syukurlah Paus Fransiskus yang memberikan teladan buruk bagi umatnya tersebut telah pergi ke alam baka, sehingga tidak lagi dapat membuat ketar-ketir petugas keamanan di Indonesia yang direpotkan oleh perbuatannya membuka jendela mobil menggoda para teroris untuk membulatkan tekadnya melakukan aksi terorisme. Sang Paus Fransiskus yang mendulang popularitas atas aksinya membuka jendela mobil seolah ramah dan bersahabat, namun yang harus direpotkan dan membayar mahal ialah petugas keamanan yang memastikan keselamatan dan keamanan sang Paus Fransiskus.

Pernah disiarkan wawancara oleh stasiun radio Elshinta pada akhir tahun 2024, betapa petugas keamanan dibuat sangat kerepotan ketika sang Paus Fransiskus melanggar SOP keamanan dengan sengaja membuka jendela mobilnya sepanjang perjalanan kunjungannya di Indonesia. Perbuatan tidak bijak yang mengingkari fakta betapa Indonesia penuh teroris demikian, ibarat “memancing di air keruh”, serta meledek dan menggoda para teroris untuk beraksi. Namun sekali lagi, bagai orang buta, orang-orang kristen justru secara membuta memuji sang Paus Fransiskus, alih-alih mengkritik dan mencelanya. Itulah kristen, selalu gagal untuk membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang terpuji dan mana yang tercela.